Habibie & Ainun Part 2

January 27, 2017


Bab 6 Tidak Mengingkari “Sumpahku”

Ainun menulis dalam buku A. Makmur Makka  (SABJH) hal 385 : “Dan ternyata hidup pas-pasan begitu ada kebahagiaannya tersendiri: kami bertiga semakin erat. Erat dalam perasaan, erat dalam pikiran. Kami berdua suami-istri dapat menghayati pikiran dan perasaan masing-masing tanpa bicara.

Tulisan Ainun lainnya yang sangat menarik bagiku :
Mengapa saya tidak bekerja? Bukankah saya dokter? Memang. Dan sangat mungkin saya bekerja waktu itu. Namun saya pikir: buat apa uang tambahan dan kepuasan batin yang barangkali cukup banyak itu jika akhirnya diberikan pada seorang perawat pengasuh anak bergaji tinggi dengan resiko kami sendiri kehilangan kedekatan pada anak sendiri? Apa artinya ketambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya anak saya tidak dapat saya timang sendiri, saya bentuk sendiri pribadinya? Itulah sebabnya saya memutuskan menerima hidup pas-pasan. Tiga setengah tahun kami bertiga hidup begitu.

Bab 7 Mendapat Anugrah “Si Perintis yang Sempurna”

Dalam buku A. Makmur Makka  (SABJH) yang ditulis oleh Ainun hal 387 sbb : “Semangat energinya, memang lebih dari rata-rata orang. Tanpa mencampurinya, istri harus mengetahui bidang pekerjaan suami. Isteri harus bergaul dengan lingkaran kerjanya: ilmu, teknologi, bisnis. Saya menjadi sadar mengimbangi suami merupakan keharusan.”

Bab 22 ICMI dan Harapan ke Depan

Dalam Bab 22 BJ Habibie menuliskan : “Dalam saat-saat penting seperti itu, di mana saya mendapatkan beban amanah yang berat, wajah dan senyumannya Ainun selalu menenangkan saya. Tidak berkelebihan jika tiap saat saya memanjatkan doa kepada Allah SWT dan bersyukur bahwa saya telah mendapatkan pasangan hidup sejati yang selalu menghilangkan kebimbangan dan keraguan hati saya dalam menerima tugas-tugas yang berat.

Bab 23 Peran Wanita, Orbit dan Ainun

dibalik sukses seorang tokoh tersembunyi peran dua perempuan yang amat menentukan yaitu ibu dan isteri” – BJ Habibie

BJ Habibie menulis dalam buku Habibie dan Ainun 2010 hal 156 : “Di negara kita, jumlah penduduk yang wanita lebih dari separuh jumlah seluruh penduduk. Mereka itu harus diusahakan menjadi SDM yang berkualitas. Sekarang tidak pada tempatnya lagi kita berpandangan bias gender, yang menganggap bahwa wanita itu tempatnya hanya dirumah atau sekedar pendamping suami. Pandangan demikian, bertentangan dengan kodrat penciptaan manusia. Yang membedakan manusia bukanlah jenis kelaminnya, tetapi tingkat ketakwaannya dan kemampuan pribadinya untuk berbuat mulia bagi masyarakat dan bangsanya.

Bab 35 Ainun Dioperasi
*di ICCU*
BJ Habibie menulis dalam buku Habibie dan Ainun 2010 hal 288 : “Ketika masuk, Ainun sedang menangis. Saya langsung bertanya: “Ainun mengapa menangis? Sakit?” Ainun menggelengkan kepalanya. “Takut sama peralatan ini?” Ainun menggelengkan kepalanya lagi. “Saya mengerti sekarang. Kamu mengira telah terjadi sesuatu pada saya?” Baru Ainun mengangguk kepalanyaSaya amat terharu, karna dalam keadaan dirawat secara intensif tersebut, Ainun masih saja memikirkan kesehatan saya.
Bab 36 Berpisah dengan Ainun

Saya tidak mampu lagi menahan emosi dan kesedihan saya, karena bingung. Saya bingung karna janji yang saya pernah berikan kepada Ainun untuk selalu mendampinginya di manapun ia berada. Bagaimana kriteria berada “di bawah satu atap” dapat saya penuhi? Saya memanjatkan doa kepada Allah SWT dan memohon petunjuknya. Apakah saya segera ikut saja ke liang kubur? Bagaimana caranya?  Dalam keadaan ketidakpastian, kebingungan dan sedih saya menangis.

Tiba-tiba saya menjawab pertanyaan sendiri dengan menyatakan dalam hati saya: “Ainun jiwa, roh, batin dan nurani kita sudah manunggal dan atap kita bersama adalah langit semesta. Karena itu Ainun tetap berada di samping saya dan saya disamping Ainun, di mana saja kami sedang berada sepanjang masa.”

You Might Also Like

0 komentar