Obrolan
February 01, 2017
Obrolan pertama yang sering
dibicarakan akhir-akhir ini yaitu IPK. Habis uas terbitlah IPK. Dari yang engga
terima dapet nilai c,d,e sampai protes ke dosen. Kehidupan mahasiswa usm kaya
gini ya ternyata *eh apa kampus aku aja yang kaya gini. Apalagi di group kelas, yang sekali buka room chat tau-tau lihat namaku disebut-sebut di dalam obrolan mereka. Aku yang diem gini, tau-tau nama aku disangkut pautin gitu aja :(
Kalo lagi musim IPK, di timeline pasti muncul berbagai tulisan tentang enggak pentingnya ipk. Janjane yang menggangap “ipk enggak penting” dan yang bilang “jangan mendewakan ipk” sebenarnya kamulfalse ajasih, soalnya ipk miliknya jelek. Oke skip skip.
Kalo lagi musim IPK, di timeline pasti muncul berbagai tulisan tentang enggak pentingnya ipk. Janjane yang menggangap “ipk enggak penting” dan yang bilang “jangan mendewakan ipk” sebenarnya kamulfalse ajasih, soalnya ipk miliknya jelek. Oke skip skip.
Obrolan kedua dengan kakak kelas
aku waktu stm (no hard feeling ya).
Rada konyol juga sebenernya, kenapa aku bisa ketemu di tempat yang sama saat sedang buber dengan teman-teman stm dan dari situ aku baru tahu kalau adek-tingkatku-kuliah ternyata kakak-kelasku-stm
(aku rada speechless waktu itu). Jadi
awalnya aku dipertemukan lewat orm. Sampai akhirnya kejadian waktu buber itu, enggak nyangka bakal ketemu di hari, tempat, lantai dan ruangan yang sama (dunia yang begitu sempit apa kita yang enggak kemana-mana).
***
Obrolan berawal dari pertanyaan-pertanyaan
receh seputar ps*it, kemudian mulai pembicaraan tentang kampus dengan
problematikanya dan sedikit flashback ke masa-masa stm. Aku seperti bertemu
dengan orang yang senasib dan sepenanggungan tau enggak sih wkwk. Yang dulu apa-apa
serba aku pendam sendiri, nyari solusi sendiri, dari ngerasa nyesel harus berada di atmosfer yang enggak aku sukai, harus menjumpai
orang-orang dengan “pertanyaan yang sama”
dan “pernyataan yang sama”. Akhirnya aku
bisa diskusi kecil-kecilan tentang apa yang sebenarnya aku alami. Justru hal-hal
yang aku benci terdahulu menjadi salah satu hal yang mengubah cara berfikirku hingga
saat ini. That’s right! enggak cuma aku aja yang ngerasain.
***
Akhir-akhir ini sering banget lihat
postingan foto temen-temen stm yang ke 日本国 untuk bekerja. Mmm.. aku enggak punya keinginan ke 日本国 cuma buat kerja. Nah kebetulan kakak kelasku ini
juga pernah ke sana untuk kerja.
“aku mau kepo sedikit ya, kok mutusin buat keluar kenapa?”
"Ada beberapa alasan, salah satunya ditempatku buat ibadah agak susah jadi kurang nyaman"
Pikiranku menuju ke sebuah potongan pembicaraan bersama seorang teman. Pada saat itu pembicaraan kita tertuju pada gaya hidup seorang pekerja berdasarkan sudut pandangnya sebagai laki-laki. Aku enggak habis pikir, yang mungkin dulu aku denger -katanya- dari orang lain, dan sekarang aku denger langsung dari teman yang sadar melakukannya dan tahu kalau yang dilakuin itu salah. Memang sangat tidak adil jika harus membandingan orang-orang yang hidup dalam ruang dan waktu yang berbeda,maka dari itu tidak semua pekerja seperti ini.
"kenapa harus ngelakuin itu?"
"padahal itu kan cuma kesenangan sesaat"
"apa kamu enggak mikir, betapa kecewanya orang-orang yang sayang sama km, kalau tau kehidupanmu diluar sana seperti itu?"
***
Sekarang, rasanya tidak mudah menahan diri disaat lingkungan mendukung untuk melakukan hal-hal yang kurang pantas. Tidak mudah menjaga diri ditengah gempuran zaman di era digital. Tidak mudah untuk tetap menjaga hati, di tengah banyak kaum muda yang mengumbar kisah soal romansa, cinta dan perasaan. Memang tidak mudah, karna kita hidup di tengah zaman dimana nilai moral yang sedang bergeser, rasa malu yang entah kemana semakin hilang dan harga diri yang bisa dengan mudah dipertaruhkan.
"Ada beberapa alasan, salah satunya ditempatku buat ibadah agak susah jadi kurang nyaman"
Pikiranku menuju ke sebuah potongan pembicaraan bersama seorang teman. Pada saat itu pembicaraan kita tertuju pada gaya hidup seorang pekerja berdasarkan sudut pandangnya sebagai laki-laki. Aku enggak habis pikir, yang mungkin dulu aku denger -katanya- dari orang lain, dan sekarang aku denger langsung dari teman yang sadar melakukannya dan tahu kalau yang dilakuin itu salah. Memang sangat tidak adil jika harus membandingan orang-orang yang hidup dalam ruang dan waktu yang berbeda,maka dari itu tidak semua pekerja seperti ini.
"kenapa harus ngelakuin itu?"
"padahal itu kan cuma kesenangan sesaat"
"apa kamu enggak mikir, betapa kecewanya orang-orang yang sayang sama km, kalau tau kehidupanmu diluar sana seperti itu?"
***
Sekarang, rasanya tidak mudah menahan diri disaat lingkungan mendukung untuk melakukan hal-hal yang kurang pantas. Tidak mudah menjaga diri ditengah gempuran zaman di era digital. Tidak mudah untuk tetap menjaga hati, di tengah banyak kaum muda yang mengumbar kisah soal romansa, cinta dan perasaan. Memang tidak mudah, karna kita hidup di tengah zaman dimana nilai moral yang sedang bergeser, rasa malu yang entah kemana semakin hilang dan harga diri yang bisa dengan mudah dipertaruhkan.
0 komentar