2016 (Bagian tiga)

January 01, 2017

September.

Mungkin awal bulan penuh kebaperan. Keseringan baper itu enggak sehat. Dan aku sepertinya sedang tidak sehat.

Masih September.

Aku bergabung di Sekolah Inggris, walaupun yang diajarkan itu dasar tapi aku masih kesulitan belajar grammar yang ternyata enggak sebatas tenses bahkan lebih kompleks dari itu.

Oktober.

Dibulan ini aku merasa perasaanku sering kali terguncang (?) kalau aku lagi seperti itu biasanya kegalauanku aku salurkan ke sebuah tulisan atau coretan gambar. Karna itu salah satu cara menjaga moodku.

Masih Oktober.

Pra sidang. Sejujurnya aku baru ini ngerasain ngumpulin duit bareng-bareng terus beli makan kecil buat dimakan bareng-bareng. Kebersamaanya oke banget. Tapi ada satu hal yang enggak aku suka yaitu harus pulang sampai jam sebelas malam. Sebagai seorang anak perempuan itu enggak baik. Sekali lagi enggak baik. Meski ortu ku enggak ngelarang kalau pulang malam asalkan dengan alasan yang jelas, tapi bagi aku sendiri itu enggak baik :)

November.

Akhirnya aku bertemu mas Gun dan mbak Apik, bahagianya bukan main. Saking bahagianya aku enggak perlu nulis panjang-panjang tentang mas Gun dan mbak Apik kan ya :p

Masih November.

Sepertinya ini masa-masa galauku ketika aku memutuskan untuk berhenti di dunia ke-organisasi-an.

Desember.

Aku sudah dua kali mengikuti seminar kemuslimahan bersama Luluk. Aku kenal Luluk itu sewaktu ospek kampus. Sebenarnya temen pertamaku waktu ospek itu Isyana Dewi yang enggak lain temen sekelasnya Luluk. Baru hari keduanya kenalan sama Luluk. Luluk itu orangnya enggak neko-neko, baik, sering baper *eh dan sering banget ngajakin ikut kajian-kajian islami gitu.

Akhir Desember.

Arti bulan Desember di 2016 bagi aku yaitu bulan melepaskan. Padahal sejatinya kita tidak pernah memiliki apa-apa :)

You Might Also Like

0 komentar