Bab 6 Tidak
Mengingkari “Sumpahku”
Ainun menulis dalam buku A.
Makmur Makka (SABJH) hal 385 : “Dan
ternyata hidup pas-pasan begitu ada kebahagiaannya tersendiri: kami bertiga
semakin erat. Erat dalam perasaan, erat dalam pikiran. Kami berdua suami-istri
dapat menghayati pikiran dan perasaan masing-masing tanpa bicara.”
Tulisan Ainun lainnya yang sangat
menarik bagiku :
“Mengapa saya tidak bekerja? Bukankah
saya dokter? Memang. Dan sangat mungkin saya bekerja waktu itu. Namun saya
pikir: buat apa uang tambahan dan kepuasan batin yang barangkali cukup banyak
itu jika akhirnya diberikan pada seorang perawat pengasuh anak bergaji tinggi
dengan resiko kami sendiri kehilangan kedekatan pada anak sendiri? Apa artinya
ketambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya anak saya tidak dapat
saya timang sendiri, saya bentuk sendiri pribadinya? Itulah sebabnya saya
memutuskan menerima hidup pas-pasan. Tiga setengah tahun kami bertiga hidup
begitu.”
Bab 7 Mendapat
Anugrah “Si Perintis yang Sempurna”
Dalam buku A. Makmur Makka (SABJH) yang ditulis oleh Ainun hal 387 sbb : “Semangat
energinya, memang lebih dari rata-rata orang. Tanpa mencampurinya, istri harus
mengetahui bidang pekerjaan suami. Isteri harus bergaul dengan lingkaran
kerjanya: ilmu, teknologi, bisnis. Saya menjadi sadar mengimbangi suami
merupakan keharusan.”
Bab 22 ICMI dan
Harapan ke Depan
Dalam Bab 22 BJ Habibie
menuliskan : “Dalam saat-saat penting seperti itu, di mana saya mendapatkan beban
amanah yang berat, wajah dan senyumannya Ainun selalu menenangkan saya. Tidak
berkelebihan jika tiap saat saya memanjatkan doa kepada Allah SWT dan bersyukur
bahwa saya telah mendapatkan pasangan hidup sejati yang selalu menghilangkan
kebimbangan dan keraguan hati saya dalam menerima tugas-tugas yang berat.”
Bab 23 Peran Wanita, Orbit
dan Ainun
“dibalik sukses seorang tokoh
tersembunyi peran dua perempuan yang amat menentukan yaitu ibu dan isteri”
– BJ Habibie
BJ Habibie menulis dalam buku
Habibie dan Ainun 2010 hal 156 : “Di
negara kita, jumlah penduduk yang wanita lebih dari separuh jumlah seluruh
penduduk. Mereka itu harus diusahakan menjadi SDM yang berkualitas. Sekarang
tidak pada tempatnya lagi kita berpandangan bias gender, yang menganggap bahwa
wanita itu tempatnya hanya dirumah atau sekedar pendamping suami. Pandangan
demikian, bertentangan dengan kodrat penciptaan manusia. Yang membedakan manusia bukanlah jenis kelaminnya, tetapi tingkat
ketakwaannya dan kemampuan pribadinya untuk berbuat mulia bagi masyarakat dan
bangsanya.”
Bab 35 Ainun Dioperasi
*di ICCU*
BJ Habibie menulis dalam buku Habibie dan Ainun 2010 hal 288 : “Ketika masuk, Ainun sedang menangis. Saya langsung bertanya: “Ainun mengapa menangis? Sakit?” Ainun menggelengkan kepalanya. “Takut sama peralatan ini?” Ainun menggelengkan kepalanya lagi. “Saya mengerti sekarang. Kamu mengira telah terjadi sesuatu pada saya?” Baru Ainun mengangguk kepalanya. Saya amat terharu, karna dalam keadaan dirawat secara intensif tersebut, Ainun masih saja memikirkan kesehatan saya.”
Bab 36 Berpisah dengan Ainun
“Saya tidak mampu lagi menahan emosi dan kesedihan saya, karena bingung. Saya bingung karna janji yang saya pernah berikan kepada Ainun untuk selalu mendampinginya di manapun ia berada. Bagaimana kriteria berada “di bawah satu atap” dapat saya penuhi? Saya memanjatkan doa kepada Allah SWT dan memohon petunjuknya. Apakah saya segera ikut saja ke liang kubur? Bagaimana caranya? Dalam keadaan ketidakpastian, kebingungan dan sedih saya menangis.”
Tiba-tiba saya menjawab pertanyaan sendiri dengan menyatakan dalam hati saya: “Ainun jiwa, roh, batin dan nurani kita sudah manunggal dan atap kita bersama adalah langit semesta. Karena itu Ainun tetap berada di samping saya dan saya disamping Ainun, di mana saja kami sedang berada sepanjang masa.”
- January 27, 2017
- 0 Comments