Pertanyaan-pertanyaan
ini muncul selama mengikuti prosesi wisuda di kampus. Selama ini aku hanya bisa
menyaksikan prosesi wisuda, cepat atau lambat aku akan berada di posisi yang
menjalani prosesi wisuda. Pertanyaan-pertanyaan ini meracau di
fikiranku “Setelah lulus aku mau apa?”
Secara garis besar ada tiga hal yang akan aku lakukan setelah lulus : Bekerja-Menikah-Kuliah. Rasanya
sudah menjadi jawaban klise ketika seseorang diberikan pertanyaan seperti itu.
Setelah
semuanya tercapai apakah aku akan merasa bahagia? Bahagia seperti apa yang aku
inginkan? Setelah merasa bahagia apa yang akan aku lakukan selanjutnya?
Aku
kembali memikirkan tentang rencana hidupku setelah lulus nanti terutama dalam
hal pekerjaan. Bahkan jauh hari aku
sudah membicarakan ini kepada kedua orang tuaku. Sepertinya ada yang salah
dengan diriku, tapi apa? Aku kembali memikirkan baik-baik tentang apa yang sebenarnya
menjadi tujuan hidupku.
Aku
suka menonton film dokumenter Lentera Indonesia. Aku melihat orang-orang rela
meninggalkan pekerjaannya demi menjadi tenaga mengajar di sebuah tempat yang
jauh dari keramaian kota bahkan di sebuah daerah yang tidak dikenal. Kenapa
mereka rela meninggalkan sebuah kenyamaan hidup demi membantu anak-anak di
pelosok desa. Sebenarnya apa yang mereka cari?
Selama
ini aku berfikir dengan bekerja di A
ataupun B seseorang telah mencapai kesuksesanya. Kenapa seolah-olah kesuksesan diukur
dengan pencapaian materi saja. Kenapa seolah-olah kebahagiaan bisa diraih bila bekerja
disana. Kenapa seolah-olah kita akan berbeda dan bahagia bila telah kesana. Kenapa?
Fikiranku
kembali meracau, ketika orang-orang bertanya tentang pekerjaanku kemudian aku
menyebutkan diriku sebagai ibu rumah tangga, apakah orang lain akan
menghargaiku sebagaimana profesi lain dihargai? Ketika aku berpenampilan
sederhana, apakah orang lain akan tetap ramah kepadaku, sebagaimana orang kelas
atas diperlakukan?
Kembali
ke pertanyaan tentang tujuan hidup, perlahan terjawab ketika aku membaca
postingan naviaokta di tumblr.
Berikut
ini kutipan dengan sedikit perubahan :
“Hidupmu bukanlah memastikan kamu bekerja di
perusahaan A atau tidak, memastikan menjadi lulusan magister atau tidak. Semua itu tidak
akan dipertanyakan ketika nanti kamu pulang ke akhirat. Kelak, yang harus kamu
pertanggungjawabkan adalah tentang bagaimana penyikapanmu ketika keduanya
terjadi dan bagaimana penyikapanmu ketika keduanya ditakdirkan tidak terjadi.
Apakah kamu akan semakin mendekat kepada Allah atau sebaliknya? Manusia boleh
saja memiliki tujuan-tujuan hidup di dunia. Tapi tidak boleh lupa bahwa hanya
ada satu tujuan yang Allah kehendaki untuk setiap manusia. Surat Adz-Dzazirat ayat 56, Allah berfirman
bahwa Dia tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah
kepada-Nya.”
Selama
ini fikiranku salah, selama ini aku terlalu terpaku pada apa yang selama ini
aku inginkan saja. Aku belum sepenuhnya melibatkan Tuhan dalam setiap keputusan yang aku buat. Bahkan aku belum sampai memikirkan akhirat.
Ada
satu hal yang menarik perhatiaan ku selama tiga hari menyaksikan prosesi
wisuda. Acara wisuda dimulai jam 12.00, bu Yana menyaranku untuk shalat sehabis
sambutan Rektor karena tidak memungkinkan menunggu sampai acara selesai. Jam
13.00 aku menuju ke masjid ada satu wisudawati yang meninggalkan prosesi
wisuda untuk Shalat Dzuhur. Dengan pakaian dan riasan seperti
itu dia tidak lupa kewajibannya sebagai seorang muslim. Bahkan aku belum
tentu bisa seperti dia ketika berada di dalam situasi seperti itu. Malu.
Semoga
tulisan ini selalu menjadi pengingat dimanapun, kapanpun aku berada.
- March 23, 2017
- 0 Comments