Mempertanyakan

March 23, 2017

Pertanyaan-pertanyaan ini muncul selama mengikuti prosesi wisuda di kampus. Selama ini aku hanya bisa menyaksikan prosesi wisuda, cepat atau lambat aku akan berada di posisi yang menjalani prosesi wisuda. Pertanyaan-pertanyaan ini meracau di fikiranku “Setelah lulus aku mau apa?” Secara garis besar ada tiga hal yang akan aku lakukan setelah lulus : Bekerja-Menikah-Kuliah. Rasanya sudah menjadi jawaban klise ketika seseorang diberikan pertanyaan seperti itu.

Setelah semuanya tercapai apakah aku akan merasa bahagia? Bahagia seperti apa yang aku inginkan? Setelah merasa bahagia apa yang akan aku lakukan selanjutnya?

Aku kembali memikirkan tentang rencana hidupku setelah lulus nanti terutama dalam hal pekerjaan.  Bahkan jauh hari aku sudah membicarakan ini kepada kedua orang tuaku. Sepertinya ada yang salah dengan diriku, tapi apa? Aku kembali memikirkan baik-baik tentang apa yang sebenarnya menjadi tujuan hidupku.

Aku suka menonton film dokumenter Lentera Indonesia. Aku melihat orang-orang rela meninggalkan pekerjaannya demi menjadi tenaga mengajar di sebuah tempat yang jauh dari keramaian kota bahkan di sebuah daerah yang tidak dikenal. Kenapa mereka rela meninggalkan sebuah kenyamaan hidup demi membantu anak-anak di pelosok desa. Sebenarnya apa yang mereka cari?

Selama ini aku  berfikir dengan bekerja di A ataupun B seseorang telah mencapai kesuksesanya. Kenapa seolah-olah kesuksesan diukur dengan pencapaian materi saja. Kenapa seolah-olah kebahagiaan bisa diraih bila bekerja disana. Kenapa seolah-olah kita akan berbeda dan bahagia bila telah kesana. Kenapa?

Fikiranku kembali meracau, ketika orang-orang bertanya tentang pekerjaanku kemudian aku menyebutkan diriku sebagai ibu rumah tangga, apakah orang lain akan menghargaiku sebagaimana profesi lain dihargai? Ketika aku berpenampilan sederhana, apakah orang lain akan tetap ramah kepadaku, sebagaimana orang kelas atas diperlakukan?

Kembali ke pertanyaan tentang tujuan hidup, perlahan terjawab ketika aku membaca postingan naviaokta di tumblr.

Berikut ini kutipan dengan sedikit perubahan :
“Hidupmu bukanlah memastikan kamu bekerja di perusahaan A atau tidak, memastikan menjadi lulusan magister atau tidak. Semua itu tidak akan dipertanyakan ketika nanti kamu pulang ke akhirat. Kelak, yang harus kamu pertanggungjawabkan adalah tentang bagaimana penyikapanmu ketika keduanya terjadi dan bagaimana penyikapanmu ketika keduanya ditakdirkan tidak terjadi. Apakah kamu akan semakin mendekat kepada Allah atau sebaliknya? Manusia boleh saja memiliki tujuan-tujuan hidup di dunia. Tapi tidak boleh lupa bahwa hanya ada satu tujuan yang Allah kehendaki untuk setiap manusia. Surat Adz-Dzazirat ayat 56, Allah berfirman bahwa Dia tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Nya.”

Selama ini fikiranku salah, selama ini aku terlalu terpaku pada apa yang selama ini aku inginkan saja. Aku belum sepenuhnya melibatkan Tuhan dalam setiap keputusan yang aku buat. Bahkan aku belum sampai memikirkan akhirat. 

Ada satu hal yang menarik perhatiaan ku selama tiga hari menyaksikan prosesi wisuda. Acara wisuda dimulai jam 12.00, bu Yana menyaranku untuk shalat sehabis sambutan Rektor karena tidak memungkinkan menunggu sampai acara selesai. Jam 13.00 aku menuju ke masjid ada satu wisudawati yang meninggalkan prosesi wisuda untuk Shalat Dzuhur. Dengan pakaian dan riasan seperti itu dia tidak lupa kewajibannya sebagai seorang muslim. Bahkan aku belum tentu bisa seperti dia ketika berada di dalam situasi seperti itu. Malu.

Semoga tulisan ini selalu menjadi pengingat dimanapun, kapanpun aku berada.

You Might Also Like

0 komentar