Beberapa minggu ini mengajarkan aku untuk tidak memandang segala sesuatu dari sudut pandang diri kita sendiri. Selepas kelulusan apa yang akan selanjutnya kita lakukan ? bekerja, kuliah atau menikah? Rata-rata orang akan menjawab seperti itu begitu juga dengan ku. Tulisan ini berawal dari aku melamar di perusahaan kontraktor taraf nasional yang fokus dalam proyek apartment, resort dan hotel karna aku benar-benar tertarik dengan bangunan gedung aku mencoba mengirimkan CV dan lamaran kerja. Selang beberapa jam kemudian aku ditelpon yang intinya menanyakan apakah aku bersedia ditempatkan di proyek Bandung, yaa tentu saja aku siap karna keinginanku mencoba menjadi anak rantau. Keesokan harinya aku bertemu seseorang site manager di kantor proyek hotel yang menurut aku sudah tidak asing lagi terdengar ketika aku menyebutkan nama proyeknya. Disana aku ditest, sebagai seseorang yang melamar drafter pasti test tidak jauh dari menggambar dan sebagai seorang mahasiswa teknik sipil menggambar bukan sesuatu yang sulit. Karna tidak ada kabar selang beberapa minggu kemudian aku apply di perusahan kontraktor bumn setelah aku kirim CV dan lamaran beberapa jam kemudian aku ditelpon dan dinyatakan diterima karena rekomendasi seorang teman di posisi administrasi survey, pembicaraan gaji pun sudah dibicarakan, akomodasi perjalanan, mess tempat tinggal selama proyek berlangsung dan makan pun ditanggung perusahaan kemudian aku diberi waktu untuk memberi keputusan kapan aku akan berangkat. Pada saat itu aku sangat bahagia karna bekerja di salah satu perusahaan kontraktor bumn merupakan salah satu mimpiku setelah lulus lulus kuliah dan sebentar lagi akan terwujud. Kira-kira apakah semuanya berjalan sesuai dengan rencana ku? tidak. Setelah mendengar kabar tersebut, aku memberitahu kepada keluargaku tentang kabar ini. Apakah mereka bahagia mendengarnya? tidak.
Pertama aku membicarakan ini kepada bapak, bapak terdengar ragu untuk langsung memberikan keputusan pada saat itu. Ibu mengizinkan aku untuk mencari pengalaman kerja dulu. Karna bapak terlihat meragu aku menelpon salah satu keluargaku yaitu adik bapak dan memberikan saran untuk menolak tawaran tersebut dikarenakan pertama terlalu jauh (karna berada di wilayah Sumatera), kedua keadaan disana tidak aman untuk seorang perempuan yang bekerja dengan lingkup mayoritas laki-laki. Aku terus meyakinkan kalau kesempatan ini benar-benar datang sekali dan ini adalah kontraktor bumn. Bapak akhirnya mengizinkan dengan nada terpaksa. Aku diam, benar-benar diam setelah perdebatan panjang didalam diri akhirnya tebesit di hati kalau aku enggak bisa ninggalin orangtua tanpa restu mereka meskipun ini adalah mimpiku, meskipun dibayar dengan gaji yang mengiyurkan sekalipun. Tidak! aku tetap memilih keluargaku. Selang kemudian aku tidak membahas tentang lamaran kerja ini aku kira bapak tahu apa yang menjadi pilihanku tanpa aku bicara. Didalam keluarga, aku merupakan anak terkecil hanya ada seorang mas (kakak laki-laki) dan aku. Aku tipe anak yang suka bercerita apapun dengan bapak dari hal-hal receh yang nggak mutu, teman-teman kuliahku sampai debat-debat karna aku kurang setuju dengan cara pandangannya. Kemudian aku teringat kejadian ketika awal melamar kerja di perusahaan kontraktor nasional, sebelum keberangkatan untuk test bapak menanyakan setelah lolos berati aku akan bekerja di Bandung dan rumah akan sepi tanpa adanya aku. Kemudian aku menjawab kalau bapak nggak mengizinkan ya tidak apa-apa aku akan mundur dari test ini dan bapak hanya membalas yawes dijalani sek wae. Selama test berlangsung apakah semua berjalan dengan mulus? tidak. Padahal kalau dipikir cuma menggambar, gambar sudah diberikan tinggal kita gambar di autocad. Tiba-tiba pada saat itu badanku lemas, pening, pandanganku kabur ketika melihat autocad hatiku berbicara kalau ini bukan waktu yang tepat dan aku akan gagal dalam test ini.
Kemudian aku teringat perjalanan selama menyelesaikan tugas akhir dimana dalam semester itu aku masih mengambil 22 sks dengan 4 tugas besar dan 1 tugas akhir, kira-kira siapa yang tidak pesimis bisa menyelesaikan dalam 1 semester sedangkan aku mengambil tugas akhir konsentrasi struktur? kemudian sidang kp diluar dugaanku mendapatkan dosen penguji yang sungguh baik hati karna terdengar isu ipk diatas 3,5 akan mendapatkan penguji seperti bu prof, pak tarno, pak purni. Semua itu berkat restu orangtua yang dari awal selalu mensupport dan menanyakan perkembangan tugas akhirku. Beberapa kejadian ini memberikan pelajaran yang berarti bagiku kalau ridho Allah ialah ridho orang tua. Sebagai anak, semoga kita bisa berlapang-lapang untuk menerima apa yang menjadi pendapat orangtua tentang pilihan kita.
Kemudian aku menyadari kalau aku terlalu berambisi untuk mendapatkan sesuatu tanpa melibatkan Allah. Bagaimanapun Allah tidak ingin kita terlena memandang gunung dari kejauhan sehingga yang terlihat hanya keindahannya saja, dia ingin melihat apa yang ada di balik semuanya dan Dia mempunyai banyak cara yang entah bagaimana untuk menggeser apa yang menurut kita baik pada apa yang menurut-Nya terbaik, meski mungkin cara-Nya terkadang sulit untuk kita terima. Aku sadar, sangat-sangat menyadari kalau usia-usia sepertiku ambisi untuk meraih sesuatu itu sangat besar, semangat kita untuk meraih sesuatu sangat mengebu-gebu tapi pertama dan utama jangan lupa libatkan Allah dalam segala hal karna Dia Maha Baik, menunjukan serangkaian kejadian agar kita menyadari bahwa kita tengah keliru dalam memandang segala sesuatu. Sesuai firman-Nya dalam Surah Al. Baqarah ayat 216.
Pertama aku membicarakan ini kepada bapak, bapak terdengar ragu untuk langsung memberikan keputusan pada saat itu. Ibu mengizinkan aku untuk mencari pengalaman kerja dulu. Karna bapak terlihat meragu aku menelpon salah satu keluargaku yaitu adik bapak dan memberikan saran untuk menolak tawaran tersebut dikarenakan pertama terlalu jauh (karna berada di wilayah Sumatera), kedua keadaan disana tidak aman untuk seorang perempuan yang bekerja dengan lingkup mayoritas laki-laki. Aku terus meyakinkan kalau kesempatan ini benar-benar datang sekali dan ini adalah kontraktor bumn. Bapak akhirnya mengizinkan dengan nada terpaksa. Aku diam, benar-benar diam setelah perdebatan panjang didalam diri akhirnya tebesit di hati kalau aku enggak bisa ninggalin orangtua tanpa restu mereka meskipun ini adalah mimpiku, meskipun dibayar dengan gaji yang mengiyurkan sekalipun. Tidak! aku tetap memilih keluargaku. Selang kemudian aku tidak membahas tentang lamaran kerja ini aku kira bapak tahu apa yang menjadi pilihanku tanpa aku bicara. Didalam keluarga, aku merupakan anak terkecil hanya ada seorang mas (kakak laki-laki) dan aku. Aku tipe anak yang suka bercerita apapun dengan bapak dari hal-hal receh yang nggak mutu, teman-teman kuliahku sampai debat-debat karna aku kurang setuju dengan cara pandangannya. Kemudian aku teringat kejadian ketika awal melamar kerja di perusahaan kontraktor nasional, sebelum keberangkatan untuk test bapak menanyakan setelah lolos berati aku akan bekerja di Bandung dan rumah akan sepi tanpa adanya aku. Kemudian aku menjawab kalau bapak nggak mengizinkan ya tidak apa-apa aku akan mundur dari test ini dan bapak hanya membalas yawes dijalani sek wae. Selama test berlangsung apakah semua berjalan dengan mulus? tidak. Padahal kalau dipikir cuma menggambar, gambar sudah diberikan tinggal kita gambar di autocad. Tiba-tiba pada saat itu badanku lemas, pening, pandanganku kabur ketika melihat autocad hatiku berbicara kalau ini bukan waktu yang tepat dan aku akan gagal dalam test ini.
Kemudian aku teringat perjalanan selama menyelesaikan tugas akhir dimana dalam semester itu aku masih mengambil 22 sks dengan 4 tugas besar dan 1 tugas akhir, kira-kira siapa yang tidak pesimis bisa menyelesaikan dalam 1 semester sedangkan aku mengambil tugas akhir konsentrasi struktur? kemudian sidang kp diluar dugaanku mendapatkan dosen penguji yang sungguh baik hati karna terdengar isu ipk diatas 3,5 akan mendapatkan penguji seperti bu prof, pak tarno, pak purni. Semua itu berkat restu orangtua yang dari awal selalu mensupport dan menanyakan perkembangan tugas akhirku. Beberapa kejadian ini memberikan pelajaran yang berarti bagiku kalau ridho Allah ialah ridho orang tua. Sebagai anak, semoga kita bisa berlapang-lapang untuk menerima apa yang menjadi pendapat orangtua tentang pilihan kita.
Kemudian aku menyadari kalau aku terlalu berambisi untuk mendapatkan sesuatu tanpa melibatkan Allah. Bagaimanapun Allah tidak ingin kita terlena memandang gunung dari kejauhan sehingga yang terlihat hanya keindahannya saja, dia ingin melihat apa yang ada di balik semuanya dan Dia mempunyai banyak cara yang entah bagaimana untuk menggeser apa yang menurut kita baik pada apa yang menurut-Nya terbaik, meski mungkin cara-Nya terkadang sulit untuk kita terima. Aku sadar, sangat-sangat menyadari kalau usia-usia sepertiku ambisi untuk meraih sesuatu itu sangat besar, semangat kita untuk meraih sesuatu sangat mengebu-gebu tapi pertama dan utama jangan lupa libatkan Allah dalam segala hal karna Dia Maha Baik, menunjukan serangkaian kejadian agar kita menyadari bahwa kita tengah keliru dalam memandang segala sesuatu. Sesuai firman-Nya dalam Surah Al. Baqarah ayat 216.
Seperti kata mbak navieoktavia dalam tulisannya di tumblr :
Maka berbahagialah bagimu yang senantiasa bekerja dengan hati yang lapang dan tak takut rezekimu diambil orang, sebab dihatimu ada yakin bahwa rezeki dari Allah selalu tepat sasaran dan tepat takaran.
Maka, berbahagiakah bagimu yang senantiasa bangun pagi dengan semangat menjemput ridho Allah melalui apa-apa yang kamu kerjakan, bukan untuk mengharapkan tepuk tangan pimpinan atau pujian seorang teman.
Maka, berbahagialah bagimu yang tak sempit memandang rezeki dari sebatas nominal-nominal uang, sebab di pikirmu ada pemahaman bahwa rezeki adalah semua hal dalam hidupmu, maka syukurmu semakin luas, luas, dan tanpa batas.
Dan terimakasih karna Allah telah mengirimkan teman baik yang memang sengaja dipertemukan untuk saling mengingatkan dalam kebaikan. Ketika aku membaca pesanmu aku benar-benar merasa tertampar.
- February 23, 2018
- 0 Comments