Beberapa Potongan

August 06, 2017

Potongan Pertama

Menyendiri adalah pilihan yang tepat ketika jenuh akan semua hal. Because at that time people I met didn’t impress me. Semua obrolan mengada-ada, cuma ketawa-ketawa, kosong dan membosankan.
Aku mengirim pesan ke beberapa teman yang kiranya bisa sedikit menghiburku. Aku jarang begini, bahkan ketika aku sendiripun aku tak pernah merasa benar-benar kesepian. Aku cuma butuh didengar.

“Li”
“Ping ping”
“Jarwooo”
“Win”

Dari empat orang yang aku kirim pesan si Jarwo langsung nelpon balik meskipun dia lagi nyetir, pesan yang aku kirimkan kedua orang masih pending, dan yang satu lagi masih kerja buat sangu KKL katanya. Bahkan saking kosongnya aku mengomentari postingan line teman yang lagi galau karna habis putus cinta.
***
Aku menuju ke Gedung A, sepi dari lalu lalang manusia karna ini hari Sabtu. Tempat yang memang aku butuhkan. Aku berharap nggak berjumpa dengan siapapun sehingga tak ada yang bertanya-tanya tentang keberadaanku disini. Tiba-tiba seorang teman yang pesannya masih tak terbalaskan saat itu turun dari lantai 2. Hahaha akhirnya!

Kami sudah jarang ketemu, semenjak keluar dari orma kami jarang ngobrolin hal-hal random. Bahkan janji untuk kumpul dengan beberapa teman ex-orma pun masih belum terealisasikan.
Kami membicarakan banyak hal seputar kp, orma, rencana-rencana setelah ini, kampus, tentang seseorang yang entah kenapa aku belum siap untuk bertemu dengannya kembali, bahkan kita membicarakan tentang judul tugas akhir wkwk. Intinya dia tahu aku sedang ingin membicarakan apa.

“Di tempat kp ku itu bagian APD ngurusin setting recloser. Lha aku ada ide mau buat judul analisa kegagalan recloser. Aku tanya dari supervisinya bilang nggak pernah terjadi kegagalan tapi dari staffnya bilang banyak terjadi kegagalan. Aku bingung. Aku pengen ada satu hari buat ngajak ketemu dan ngobrol tanya-tanya tentang masalah ini”

Meski aku enggak begitu paham sama dunia elektrikal tapi setidaknya obrolan kami nggak kosong-kosong amatlah.

Potongan Kedua

Aku merasa berada di dalam suatu tempat dimana aku nggak bergerak kemana-mana. Stuck di tempat. Aku enggak bahagia. Aku pengen waktu cepat berlalu dan membawaku keluar dari sini.

Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambil berjalan tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja sambil menangis dan tak ada orang bertanya kenapa. Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk memecahkan cermin membakar tempat tidur. Ia hanya ingin menangis lirih saja sambil berjalan sendiri dalam hujan rintik-rintik di lorong sepi pada suatu pagi.” - Supardi Djoko Damono

Potongan Ketiga

Sore hari aku bertemu seorang teman yang katanya habis putus cinta. Berkali-kali dia dipermainkan oleh perasaannya sendiri.

“Menurutmu itu bisa dibilang semacam karma ga sih tir?”
“Emmm mungkin”
“Kenapa dia enggak belajar dari kegagalan ya, biar enggak jatuh dalam kesalahan yang sama”
“Dia terlalu mudah percaya sama orang yang baru dia kenal. Kalau aku perlu waktu yang cukup untuk memasukan seseorang ke lingkaran personalku.”

Aku sampai di satu titik yang menyadari bahwa yang namanya relasi “pacaran” itu bukan pernikahan yang diikat oleh komitmen yang sah dan legal dimata hukum, sosial dan agama. Tanpa diikat oleh komitmen yang pasti seseorang masih bisa meninggalkan kita sewaktu-waktu. Dalam dunia psikologi Sternbeg menjelaskan kalau ini namanya infatuation love. Bagaimana orang merasakan sesuatu yang berbeda, hanya karna desire dalam dirinya yang tidak bisa dikendalikan. Dan model cinta seperti ini biasanya tidak tahan lama, karna hanya memenuhi unsur passion tidak sampai di komitmen.

Menurut aku kalau dia memang laki-laki baik, dia pasti tahu apa yang harus dia lakukan. Banyak laki-laki baik tapi cuma ada satu kebaikan seseorang laki-laki kepada seorang perempuan yaitu dengan melamarnya. Sebab itu bukan perkara mudah meminta anak perempuan dari orang tuanya. 

You Might Also Like

0 komentar